Haji secara bahasa berarti al-qashdu, yaitu berkeinginan, atau menuju. Haji secara istilah berarti qashdul baitil haroom linnusuk, yaitu menuju Baitullah untuk menunaikan ibadah.
Haji yang mabrur memiliki keutamaan yang sangat banyak. Setidaknya ada 8 keutamaan haji mabrur, di antaranya adalah dihapuskan dosa-dosa. Lalu apa yang dimaksud dengan haji mabrur itu?

Pengertian Haji Mabrur
Menurut Ibnu Kholawaih, “Haji mabrur adalah haji yang maqbul (haji yang diterima).” Ulama lainnya mengatakan, “Haji mabrur adalah haji yang tidak tercampuri dengan dosa.” Pendapat ini dipilih oleh Imam Nawawi rahimahullah. Lihat Fath Al-Bari, 3:382.
Para pakar fikih berpendapat yang dimaksud haji mabrur yaitu haji yang tidak dikotori oleh kemaksiatan pada saat melaksanakan rangkaian manasiknya. Sedangkan Al-Faro’ mengatakan bahwa haji mabrur adalah jika sepulang haji tidak lagi suka bermaksiat. Dua pendapat ini disebutkan oleh Ibnul ‘Arabi.
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah menjelaskan, “Haji mabrur adalah jika sepulang haji menjadi orang yang zuhud dengan dunia dan merindukan akhirat.”
Al Qurthubi rahimahullah menyimpulkan, “Haji mabrur adalah haji yang tidak dikotori oleh maksiat saat melaksanakan manasik dan tidak lagi gemar bermaksiat setelah pulang haji.” Lihat Tafsir AlQurthubi, 2:408.
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Pendapat yang paling kuat dan paling terkenal, haji mabrur yaitu haji yang tidak ternodai dengan dosa. Mabrur diambil dari kata birr yang bermakna ketaatan. Ada juga yang berpendapat bahwa haji mabrur adalah haji yang diterima. Di antara tanda diterimanya haji seseorang di antaranya adalah adanya perubahan menuju yang lebih baik setelah pulang dari haji. Selain itu, tidak membiasakan diri melakukan berbagai maksiat. Ada pula yang mengatakan bahwa haji mabrur adalah haji yang tidak tercampuri unsur riya’. Ulama yang lain berpendapat bahwa haji mabrur adalah jika sepulang haji tidak lagi bermaksiat. Dua pendapat yang terakhir telah tercakup dalam pendapat-pendapat sebelumnya.” (Syarh Shahih Muslim, 9:118-119).
Jika telah dipahami apa yang dimaksud dengan haji mabrur, maka orang yang berhasil meraih predikat tersebut akan mendapat keutamaan seperti yang disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
“Dan haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga.” (HR. Bukhari no. 1773 dan Muslim no. 1349).
Imam An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Yang dimaksud, ‘tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga’, bahwasanya haji mabrur tidak cukup jika pelakunya dihapuskan sebagian kesalahannya. Bahkan ia memang pantas untuk masuk surga.”
Cara Meraih Haji Mabrur
Faktor penting untuk meraih haji mabrur adalah haji tersebut dilakukan dengan ikhlas karena Allah dan bukan atas dasar riya’. Berhaji bukan karena ingin mencari pujian, seperti ingin disebut “Pak Haji”.
Ketika melakukan haji pun menempuh jalan yang benar, bukan dengan berbuat curang atau menggunakan harta yang haram. Dan ketika melakukan manasik haji pun harus menjauhi maksiat. Manasik haji dilakukan dengan cara yang benar sesuai sunnah Nabi SAW, tidak ditambah dan tidak pula dikurangi. Ini juga termasuk kriteria mabrur.
Doa Memohon Haji Mabrur
Doa terbaik yang hendaknya diucapkan oleh orang yang berhaji bagi dirinya sendiri dan dari orang lain untuknya adalah semoga haji yang dilakukan adalah haji yang mabrur. Maka dari itu dianjurkan bagi orang yang berhaji setelah dia melaksanakan amalan haji, bahkan setelah ia bertahallul seusai melempar jumrah ‘aqobah pada hari nahr (Idul Adha, 10 Dzulhijjah) untuk saling mendoakan:
اللَّهُمَّ اجْعَلْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَ سَعْيًا مَشْكُوْرًا وَ ذَنْبًا مَغْفُوْرًا
“Allahummaj’al hajjan mabruron, wa sa’yan masykuron, wa dzanban maghfuron [Semoga Allah menganugerahkan haji yang mabrur, usaha yang disyukuri dan dosa yang diampuni]”.
Inilah do’a yang dikatakan diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Umar. Bahkan disebutkan diriwayatkan secara marfu’ (sampai pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam). Begitu pula diucapkan pada orang yang baru pulang dari haji.
Dicontohkan pula oleh generasi salaf, yaitu ketika Kholid bin Al Hazza’ berhaji dan kembali, maka Abu Qilabah berkata padanya:
بَرَّ العَمَلُ
“Semoga Allah menjadikan amalmu mabrur.”
Tanda-Tanda Haji Mabrur
Tanda-tanda haji yang mabrur bisa dilihat setelah melakukan ibadah haji. Di antara bukti dari haji mabrur adalah gemar berbuat baik terhadap sesama. Dari Jabir, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang haji yang mabrur. Jawaban beliau:
إطعام الطعام و طيب الكلام
“Suka bersedekah dengan bentuk memberi makan dan memiliki tutur kata yang baik.” (HR. Al-Hakim, no. 1778. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shahih Al-Jaami’, no. 2819).
Disebut mabrur adalah sesudah menunaikan haji tidak lagi hobi berbuat maksiat. Tetapi berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Oleh karena itu menjadi tanda tanya besar jika seseorang setelah haji masih memelihara maksiat yang dulu sering dilakukan. Seperti sering kelewat sholat lima waktu, masih hobi menghisap rokok, atau masih suka ngumpul-ngumpul untuk berjudi. Jika demikian kondisinya, maka sungguh sia-sia haji yang dilakukan. Biaya puluhan juta dan tenaga yang terkuras selama haji, jadi sia-sia belaka.
================